inventarisasi tumbuhan paku




I.                   PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan alam dan kaya akan hasil bumi. Sangat disayangkan jika alam yang kaya ini tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. Eksploitasi alam secara besar-besaran adalah sebagai salah satu contoh nya. Kepunahan beberapa jenis makhluk hidup adalah salah satu efek dari eksploitasi alam secara besar – besaran (Jhamtam, 1993).
Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk mempertahankan jenis-jenis mahkluk hidup agar tidak mengalami kepunahan, diantara lain diwujudkan dalam usaha pengamanan plasma nutfah. Karena laju kepunahan pada tingkat jenis makhluk hidup akibat perbuatan manusia saat ini telah sampai pada tingkat yang mengkhawatirkan (Jhamtam, 1993).
Menurut Wilson dalam jhamtam (1993) memperkirakan bahwa hampir 140 jenis punah setiap harinya. Banyak jenis akan hilang sebelum kita tahu bahwa jenis tersebut pernah ada, sehingga nilai potensial bagi pertanian dan kedokteran tidak pernah diketahui (Jhamtam, 1993).
Maka dari itu dilakukan inventarisasi. Inventarisasi keanekaragaman flora di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1970, namun sampai sekarang selesai dilaksanakan. Diperkirakan di Indonesia terdapat 25 ribu sampai 35 ribu jenis tumbuhan yang tumbuh tersebar di seluruh kawasan maupun yang tumbuh berkelompok bahkan hanya tumbuh di suatu lokasi (Widjaja, 1994).

Untuk memperlancar  inventarisasi flora Indonesia menurut Wijaya (1994) dianggap perlu adanya para taksonom, yaitu orang yang ikut terlibat walaupun orang tersebut bukan ahli taksonomi. Para taksonom dapat terdiri atas anak-anak sekolah menengah, mahasiswa, dosen, maupun pegawai pada departemen yang terkait atau masyarakat awam (Widjaja, 1994)
Dengan ditingkatkannya jumlah para taksonom diharapkan inventarisasi flora di Indonesia lebih cepat dilakukan. Selain itu itu diperlukan manajemen terhadap alam dan lingkungan secara bijaksana untuk melindungi tanaman dan binatang. Dewasa ini kegiatan manusia dan pertumbuhan jumlah penduduk menyebabkan peningkatkan bahaya kerusakan alam, sehingga beberapa spesies jumlahnya berkurang secara drastis bahkan spesies tertentu telah punah sekarang. Untuk itulah Konservasi Alam sangat penting bagi manusia. Sepanjang sejarah alam telah menderita disebabkan oleh manusia dan kegiatannya (Arief, 1994)
 Dengan semakin meningkatnya penggunaan senjata yang semakin efisien seperti panah, senapan, pistol para pemburu dapat membunuh beberapa spesies binatang liar dengan sangat mudah. Manusia membuka hutan, mengeringkan rawa, membendung sungai untuk kegiatan perkebunan, pertanian, dan industri. Kegiatan-kegiatan ini secara serius telah merusak habitat tumbuhan dan binatang liar secara luas. Manusia juga telah menggangu proses alamiah habitat spesies yang tersisa. Beberapa habitat tertentu menjadi lebih sempit dan tidak bisa berhubungan dengan ekosistem yang lain (Arief, 1994)
Jika manusia tidak melakukan konservasi alam maka berbagai spesies tumbuhan dan binatang liar yang terancam punah akan segera menjadi punah. Spesies-spesies lainnya pun menjadi terancam kepunahan. Jika hal ini terjadi maka manusia akan mengalami kerugian yang sangat luar biasa karena kepunahan tersebut tidak dapat dimunculkan lagi.  Jika kita melakukan konservasi terhadap alam banyak manfaat yang dapat diperoleh seperti manfaat dalam bidang ekonomi, manfaat ilmiah dan manfaat keindahan (Arief, 1994).
Manfaat dalam bidang ilmiah yang bisa diperoleh antara lain Mempelajari kehidupan tumbuhan dan satwa liar memberikan kepada kita suatu pengetahuan yang sangat berharga tentang variasi proses kehidupan. Para ilmuwan juga dapat meningkatkan pengetahuan pengobatan dan menemukan obat-obat baru dengan mempelajari kehidupan alam bebas (Arief, 1994).
Manfaat yang kedua adalah manfaat keindahan. Manfaat keindahan yang dapat diperoleh antara lain hidup nya berbagai macam jenis-jenis hewan dan tumbuhan di hutan akan membuat hutan itu banyak dikunjungi baik untuk melakukan wisata alam, camping, haking dan rekreasi alam lain nya.
Manfaat yang ketiga adalah manfaat dalam bidang ekonomi. Manfaat dalam bidang ekonomi antara lain Berbagai spesies tumbuhan dan binatang liar menyediakan produk-produk yang sangat bernilai, seperti kayu, rotan, dan hasil-hasil tanaman lainnya, serat, daging, makanan, kulit dan bulu binatang. Manfaat ekonomi dari kehidupan alam liar memiliki nilai yang sangat penting bagi beberapa negara. Bagi masyarakat di negara-negara industri rekreasi melihat binatang di kebun binatang atau ke alam bebas bisa juga menjadi sumber pendapatan (Arief, 1994).
Suasana alam ini yang dimanfaatkan Taman wisata Alam Wira Garden untuk menyajikan suasana keindahan alam di daerah Batu Putu kecamatan Teluk Betung Utara. Di Taman Wisata Alam Wira Garden terdapat berbagai macam jenis Flora. Salah satu nya adalah tumbuhan paku. Oleh karena itu perlu dilakukan inventarisasi tanaman paku untuk mengetahui macam-macam jenis tumbuhan paku yang hidup di Taman Wisata Alam Wira Garden. Di Indonesia tumbuhan paku terdapat 1.500 jenis (Sastrapraja, 1979). Dari 1.500 jenis tumbuhan paku tersebut kemungkinan ada di Taman Wisata Alam Wira Garden atau mungkin ditemukan jenis tumbuhan paku jenis baru, maka dari itu perlu dilakukan inventarisasi tumbuhan paku


B.     Tujuan Kerja Praktik
Tujuan dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan paku yang ada di Taman Wisata Alam Wira Garden, jumlah tumbuhan paku yang hidup disana dan jenis tumbuhan paku apa yang tumbuh dominan disana.  

C.    Manfaat Kerja Praktik
Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kerja praktik ini adalah dapat menambah  pengetahuan dan wawasan dalam bidang pariwisata dan dalam mengetahui jenis-jenis tanaman paku





















II.                TINJAUAN PUSTAKA
2.1       Gambaran Umum Lokasi Kerja Praktik

2.1.1        Sejarah Berdiri Taman Wisata Alam Wira Garden
Taman Wisata Alam Wira Garden berdiri atau mulai disahkan menjadi taman rekreasi pada tanggal 9 September 2010. Awal mula nya tanah yang seluas 10 heaktar ini adalah tempat peristirahatan pribadi dan hanya lahan biasa. Pada tahun 2009 mulai diatur ulang. Saat itu pegawai hanya beberapa orang. Setelah resmi menjadi taman wisata mulai ditambah pegawai baru dan fasilitas baru.

2.1.2         Lokasi dan Letak Geografis
Taman Wisata Alam Wira Garden teletak di daerah Sukarame 2 dijalan Wan Abdulrahman Batu Putu Teluk Betung Utara

        2.1.3   Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di Taman Wisata Alam Wira Garden adalah Musola, Restoran atas sungai, Pondok, Cottage yang ada 4 yaitu mesuji, Tulang Bawang, Waykanan dan Negri katon.Terdapat area untuk berkuda dan berarum jeram
Gambar 1.Restoran atas sungai
2.1.4        Struktur Organisasi
Ada pun struktur organisasi adalah sebagai berikut :
Pemilik                    : Rahmat abdullah
Direktur Utama      : Rizaldi Adrian,S.E
Sekretaris                : Susi
Bendahara              : Ita
Supervisor               : Dedi
Teknisi                    : Hanafi
Room Boy              : Eko
Satpam                    :           1)         Abang  Dani
                                            2)         Abang  Surat
Tukang Kebun        :           1 )        Pak Toyib
                                            2)         Pak Udi
                                            3)         Wahyu
                                            4)         Pak Sutar


2.2         Tanaman Paku

Klasifikasi Tanaman Paku-pakuan
Pakis secara tradisional telah dikelompokkan dalam Kelas Filices, tetapi klasifikasi modern menandai mereka dalam divisi tersendiri di kingdom tanaman, yang disebut tumbuhan paku (Pteridophyta) (Anonim, 2011b)
Dua grup tanaman berhubungan, umumnya dikenal sebagai pakis, yang sebenarnya jauh keterkaitannya dengan kelompok utama dari pakis sejati seperti pakis whisk (Psilophyta) dan adders-tongues, moonworts, dan- grape-ferns (Ophioglossophyta). Ophioglossophytes dulunya dianggap pakis dan dikelompokkan dalam famili Ophioglossaceae, tetapi kemudian ditemukan lebih jauh terkait (Anonim, 2011b)
Beberapa sistem klasifikasi termasuk Psilopytes dan Ophioglossophytes dimasukan dalam divisi tumbuhan paku, sementara yang lain ditetapkan dalam divisi terpisah. Filogeni modern menunjukkan bahwa Ophioglossophytes, Psilopytes, dan pakis sejati bersama-sama membentuk kelompok monofiletik, berasal dari satu nenek moyang yang sama (Hartini, 2004)
Kelompok terakhir termasuk tanaman yang paling akrab dikenal sebagai pakis. Marattiopsida adalah kelompok primitif pakis tropis dengan rimpang, berdaging besar, dan kini dianggap kelompok utama pakis, pakis leptosporangiate, yang mencakup tiga kelompok lain yang tercantum di atas. Penelitian modern menunjukkan bahwa Osmundopsida berkembang lebih dulu dari leluhur umum dari pakis leptosporangiate, diikuti oleh Gleichenopsida.(Anonim, 2011c)

Sifat – Sifat Umum Tumbuhan Paku
Golongan vascular Cryptogamae adalah golongan tumbuhan paku yang menurut sistem klasifikasi lama termasuk dalam divisi Pteridophyta. Warga tumbuhan paku ini sudah jelas tubuhnya yaitu berupa kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang dan daun. Pada tumbuhan paku tubuh yang berupa kormus adalah sporofit. Pembentukan akar-akar dari batang yang semuanya tumbuh kesamping seperti pada tumbuhan paku ini dinamakan homorizi (Anonim, 2011b).

Pada tumbuhan paku, ada yang mempunyai daun yang kecil seperti rambut atau sisik dan tidak bertangkai yang dikenal dengan mikrofil. Mikrofil belum memperlihatkan diferensiasi sel dan tidak dapat dibedakan epidermis, daging daun dan tulang daun. Ada pula tumbuhan paku yang memiliki daun yang bentuknya besar dikenal dengan makrofil. Pada makrofil, sel – sel penyusunnya telah memperlihatkan diferensiasi, yaitu dapat dibedakan antara jaringan tiang, jaringan bunga karang, tulang daun, serta stomata (mulut daun) (Heyne, 1987).

Daun paku tumbuh dari percabangan tulang daun yang disebut frond dan keseluruhan daun dalam satu tangkai daun disebut pinna. Jika diperhatikan pada permukaan bagian daun (frond) terdapat bentuk berupa titik-titik hitam yang disebut sorus (Gambar 2)

Gambar 2. Bentuk-bentuk sorus

Siklus Hidup Tumbuhan Paku
Di dalam siklus hidup tumbuhan paku juga terdapat pergantian generasi. Zigot akan  berkembang menjadi embrio dan akan terbentuk individu yang diploid yang bernama sporofit. Sporofit merupakan individu yang menghasilkan spora melalui pembelahan reduksi. Spora ini merupakan permulaan dari generasi yang haploid. Dari spora ini akan terbentuk protalium (protalus). Pada tumbuhan paku ada kemungkinan terjadinya penyimpangan dari siklus hidup normal, yaitu adanya peristiwa apogami dan apospori. Apogami ialah terbentuknya sporofit langsung dari gametofit tanpa melalui persatuan gamet-gamet. Apospori ialah terbentuknya protalium dari sporofit tanpa terbentuk spora.
Gambar 3.Daur Hidup Paku Homospora

Gambar 3.Siklus Tumbuhan Paku
Reproduksi Tumbuhan Paku

Reproduksi tumbuhan ini dapat secara aseksual (vegetatif), yakni dengan stolon yang menghasilkan gemma (tunas). Gemma adalah anakan pada tulang daun atau kaki daun yang mengandung spora. Reproduksi secara seksual (generatif) melalui pembentukan sel kelamin jantan dan betina oleh alat-alat kelamin (gametogonium). Gametogonium jantan (anteredium) menghasilkan spermatozoid dan gametogonium betina menghasilkan sel telur (ovum), seperti halnya tumbuhan lumut. Tumbuhan paku mengalami metagenesis (pergiliran keturunan) (Anonim, 2011e)
Gambar 4 . Reproduksi Tumbuhan paku













III.       METODE KERJA
3.1         Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan kerja praktek.waktu nya selama 40 hari terhitung dari tanggal 2 Juli sampai 10 Agustus 2011. Tempat pelaksanaan kerja praktik di Taman Wisata Alam Wira Garden di Jalan Wan Abdulrahman Batu Putu Teluk Betung Utara

3.2         Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam menginventarisasi tanaman paku adalah kertas koran, buku, pena, mistar, map, tali rafia dan mikroskop


3.3         Metode Kerja
Pada kerja praktek ini.Metode kerja yang dilakukan antara lain adalah melakukan identifikasi tanaman paku yang diterdapat di Taman Wisata Alam Wira Garden, pengambilan data dilakukan dengan cara  jelajah di daerah kawasan Wira Garden yang diperkirakan terdapat  jenis tumbuhan paku dan pengambilan beberapa spesimen untuk mendapatkan organ reproduksi tumbuhan paku baik organ vegetatif maupun organ generatif yang digunakan untuk identifikasi maupun untuk herbarium








3.4       Prosedur Kerja

Prosedur kerja Invetarisasi Tumbuhan Paku ini adalah

A.                Pengumpulan Tumbuhan Paku

Tahap Pengumpulan Tumbuhan Paku, yang dimaksud pada tahap ini adalah mengumpulkan organ reproduksi tumbuhan paku baik organ vegetatif maupun organ generatif dengan tujuan untuk identifikasi tumbuhan paku dan untuk pembuatan herbarium. Sebaiknya pengumpulan tumbuhan paku dilakukan dengan data berupa poto tumbuhan paku dan berupa tumbuhan paku yang masih lengkap. Pengumpulan tumbuhan paku dilakukan dengan cara jelajah di kawasan Wira Garden yang diperkirakan ditemukan tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang telah ditemukan kemudian di ukur ketinggian  dari mulai akar sampai ujung pucuk daun, kemudian melihat bentuk daun dari tumbuhan paku termasuk dalam mikrofil atau makrofil.
Gambar 5. Mengamati tumbuhan paku yang hidup di lereng


B.                 Identifikasi Tumbuhan Paku
Setelah data berupa poto tumbuhan paku maupun tumbuhan paku lengkap dengan organ daun, batang dan akar terkumpul. Tahap selanjutnya adalah tahap identifikasi tumbuhan paku. Pada tahap ini, mengamati bentuk daun. Berbentuk seperti mikrofil atau makrofil pada daun yang diamati tersebut. Mikrofil daun adalah daun yang berbentuk seperti rambut atau sisik dan tidak bertulang daun, sedangkan makrofil daun adalah daun yang telah mempunyai tulang daun dan telah memperlihatkan diferensisasi. Diferensiasi yang dimaksud disini adalah dapat dibedakan antara jaringan tiang, jaringan bunga karang, tulang daun, serta stomata. Setelah mengamati bentuk daun tahap selanjutnya mengamati sorus, memiliki sorus atau tidak, jika memiliki sorus  berbentuk seperti  apa bentuk sorus nya. Kemudian mengamati bentuk batang, memiliki batang atau tidak pada tumbuhan paku yang diamati tersebut.
 
Gambar 6. Mengamati morfologi tumbuhan paku







IV.             DATA DAN PEMBAHASAN


4.1        Data Inventarisasi Tumbuhan Paku

Adiantum Latifolium
Tinggi 21 cm ; Tipe makrofil

Asplenium nidus.L.
Tinggi 1,2 meter ;Termasuk Pteropsida ; Tipe makrofil






Selaginella ciliaris
Tinggi 13 cm ; Tipe Mikrofil

Pteris vittata
Tinggi 51 cm ; Tipe Makrofil








Pyrosia sp.
Tinggi 41 cm ; sorus berbentuk bintang ; Tipe makrofil
 


Trichomanes sp.
Tinggi 1 meter ; Tipe makrofil




Hypolepis sp.
Tinggi 10 cm ; Tipe makrofil

Lycopodium japonicum
Tinggi 18 cm ; Tipe Mikrofil

Selaginella umbrosa
Tinggi 42 cm ; Tipe mikrofil




Nephrolepis biserrata
Tinggi 60 cm ; Tipe makrofil

Athyrium puncticaule
Tinggi 35 cm ; Tipe Makrofil







Blechnum articulatum
Tinggi 19,5 cm ; Tipe makrofil


Lygodium flexuosum
Tinggi 16 cm ; tipe makrofil








Tectaria sp.
Tinggi 45 cm ; Tipe makrofil

Doodia caudata
Tinggi 21 cm ; Tipe makrofil

Lastreopsis acuminata
Tinggi 24 cm ; Tipe Makrofil

Lastreopsis microsora
Tinggi 32 cm ; Tipe Makrofil
Oxalis corniculata Linn.
Tinggi 3 cm ; Termasuk Pteropsida ; Tipe Makrofil








Christella sp.
Tinggi 64 cm ; Tipe Makrofil
Amphineuron sp.
Tinggi  91 cm ; Daun makrofil









Tabel 1. Jenis Tumbuhan Paku yang di temukan

Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis
Pteridopsida
Polypodiales
Aspleniaceae
Asplenium
Asplenium nidus Linn.
Ligulopsida
Selaginellales
Selaginellaceae
Selaginella
Selaginella umbrosa
Selaginella ciliaris
Leptosporangiopsida
Filicales
Polyphodiaceae
Pyrrosa
Pyrrosia sp.


Pteridaceae
Pteris
Pteris vittata
Leptosporangiopsida
Filicales
Adiantaceae
Adiantum
Adiantum Latifolium
Pteridopsida
Hymenophylates
Oleandaraceae
Nephrolepis
Nephrolepis biserrata
Polypodiopsida
Polypodiales
Tectariaceae
Tectaria
Tectaria sp.
Pteridopsida
Polypodiales
Thelypteridaceae
Christella
Christella sp.
Doodia caudata
Eligulopsida
Lycopodiales
Lycopodiaceae
Lycopodium
Lycopodium Japonicum
Pteridopsida
Polypodiales
Thelypteridaceae
Amphineuron
Amphineuron sp.


Oxalidaceae
Oxalis
Oxalis corniculata Linn
Pteridopsida
Schizaeales
Schizaeaceae
Lygodium
Lygodium flexuosum
Pteridopsida
Polypodiales
Blechnaceae
Blechnum
Blechnum articulatum


Athyriaceae
Athyrium
Athyrium puncticaule
Leptosporangiopsida
Filicales
Hymenophyllaceae
Trichomanes
Trichomanes sp.


Dennstaedtiaceae
Hypolepis
Hypolepis sp.
Pteridopsida
Polypodiales
Dryopteridaceae
Lastreopsis
Lastreopsis microsora
Pteridopsida
Polypodiales
Dryopteridaceae
Lastreopsis
Lastreopsis acuminata
















Tabel 2.  Jumlah Tumbuhan paku yang ditemukan

No
Nama Tumbuhan
Jumlah  yang ditemukan
Habitat
1
Lastreopsis acuminata
3 tanaman
Tumbuh pada tanah berbatu
2
Lastreopsis microsora
2 tanaman
Tumbuh epifit pada pohon tepi sungai
3
Hypolepis sp.
2 tanaman
Tumbuh pada Tanah humus
4
Trichomanes sp.
1 tanaman
Tumbuh pada tanah terbuka
5
Athyrium puncticaule
2 tanaman
Tumbuh pada tanah berbatu 
6
Blechnum articulatum
6 tanaman
Tumbuh pada tanah terbuka
7
Lygodium  flexuosum
4 tanaman
Tumbuh pada tanah di tepi sungai sedikit terlindung
8
Oxalis corniculata Linn
1 koloni
Tumbuh pada tanah tertutup dibawah pohon
9
Amphineuron sp.
13 tanaman
Tumbuh pada tanah berbatu dan ditemukan juga di tebing
10
Lycopodium  Japonicum
3 tanaman
Tumbuh pada tanah humus
11
Doodia  caudata
8 tanaman
Tumbuh pada tanah berbatu
12
Christella sp.
10 tanaman
Tumbuh pada Tebing dan celah berbatu
13
Tectaria sp.
5 tanaman
Tumbuh pada tanah terbuka
14
Nephrolepis biserrata
4 tanaman
Tumbuh pada celah batu pada tebing
15
Adiantum  Latifolium
5 tanaman
Tumbuh pada tanah berhumus tepi sungai
16
Pteris vittata
2 tanaman
Tumbuh pada tanah berbatu
17
Pyrrosia sp.
12 tanaman
Tumbuh epifit pada pohon di tepi sungai
18
Selaginella ciliaris
7 tanaman
Tumbuh pada humus di tepi sungai
19
Selaginella umbrosa
15 tanaman
Tumbuh pada tanah berhumus di tepi sungai
20
Asplenium nidus Linn.
5 tanaman
Tumbuh pada sela-sela batu berhumus





4.2              Pembahasan

Dari hasil inventarisasi Tumbuhan paku di Taman Wisata Alam Wira Garden.  Terdapat 20 jenis,  5 kelas, 7 bangsa, 18 marga seperti yang tercantum pada Tabel 1.  Marga  Selaginella mempunyai 2 jenis yaitu  Selaginella umbrosa dan Selaginella ciliaris. Marga Lastreopsis mempunyai 2 jenis yaitu Lastreopsis microsora dan Lastreopsis acuminata. Perhitungan jumlah tumbuhan paku dilakukan pada tanggal 8 Agustus 2011 seperti yang tercantum pada Tabel 2. Pada tumbuhan paku jenis Oxalis corniculata Linn di hitung perkoloni karena jenis paku ini tumbuh dengan cara merayap atau tegak, dengan tinggi 5 – 35 cm. Oxalis corniculata Linn tumbuh liar pada tempat – tempat yang lembab, terbuka maupun teduh di sisi jalan atau lapangan rumput. Di pulau jawa tumbuhan ini terdapat dari pantai sampai pegunungan dengan ketinggian 3.000 meter diatas permukaan laut. Mempunyai batang lunak dan bercabang-cabang. Daunnya majemuk menjari tiga yang anak daunnya berbentuk jantung dengan warna hijau muda. Bunga keluar dari ketiak daun, berwarna kuning berbentuk payung kecil-kecil. Buah berupa kotak lonjong, tegak, bagian ujungnya seperti paruh, bila sudah masak berwarna coklat merah yang pecah bila disentuh. Oxalis corniculata Linn mempunyai khasiat untuk mengobati demam, flu, hepatitis, diare, infeksi saluran kencing, hipertensi, Neurathesnia dan menghentikan pendarahan (BPPOM, 2005). Jenis-jenis tumbuhan paku yang teridentifikasi lainnya antara lain :

Adiantum Latifolium
Paku ini disebut juga suplir besar berasal dari Colombia, Peru dan sekarang tersebar luas keseluruh daerah tropika. Banyak tumbuh pada tanah cadas, tanah berbatu di lereng bersama dengan jenis paku-paku lainnya. Paku ini digunakan sebagai tanaman hias (Sastrapraja, dkk. 1979).

Selaginella umbrosa dan Selaginella ciliaris
Paku ini banyak tumbuh pada tanah terlindung. Biasa ditemukan diketinggian 990 meter diatas permukaan laut (Hartutiningsih dkk. 2004).  Selaginella umbrosa yang berhasil di temukan memiliki panjang 42 cm yang diukur dari ujung akar sampai ujung batang. Selaginella ciliaris yang berhasil ditemukan memiliki panjang 13 cm yang diukur dari ujung akar sampai ujung daun.

Pyrosia sp.
Paku ini banyak tumbuh epifit pada pohon ditepi sungai terlindung. Biasa ditemukan diketinggian 998 meter diatas permukaan laut (Hartutiningsih dkk. 2004). Pyrosia sp. yang berhasil di temukan memiliki panjang 41 cm yang diukur dari ujung akar sampai ujung daun. Sorus paku jenis ini berbentuk seperti bintang, jika diamati dalam mikroskop.

Trichomanes sp.
Paku ini banyak tumbuh pada tanah berhumus terlindung. Biasa ditemukan diketinggian 1.111 meter diatas permukaan laut (Hartutiningsih dkk. 2004). Tumbuhan ini banyak dijadikan sebagai tanaman hias.Jenis Trichomanes sp. yang ditemukan di Taman Wisata Alam Wira Garden bukan merupakan jenis paku asli tumbuh daerah Wira Garden melainkan sengaja ditanam dan sebagai tanaman hias. Trichomanes sp. yang berhasil di temukan memiliki panjang 1 m yang diukur dari ujung akar sampai ujung pucuk daun.

Nephrolepis biserrata
Penyebaran paku ini meliputi Asia, Malaysia, New Guinea, Amerika tengah dan selatan (Jones 1987). Di Indonesia dikenal dengan nama paku andam, jelar, sepat atau cecerenian. Nephrolepis biserrata biasa tumbuh pada tanah berbatu terbuka, ditemukan diketinggian 1.034 meter diatas permukaan laut (Hartutiningsih dkk. 2004).  Nephrolepis biserrata yang berhasil di temukan memiliki panjang 60 cm.

Athyrium puncticaule
Di Indonesia paku ini tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi sampai ke Irian. Dapat tumbuh dari ketinggian 350 m - 1600 m diatas permukaan laut (Sastrapraja dkk,1985). Athyrium puncticaule banyak  tumbuh pada celah-celah batu di tepi sungai terlindung. Athyrium puncticaule yang berhasil di temukan memiliki panjang 35 cm yang diukur dari ujung akar sampai ujung pucuk daun.
Asplenium nidus.L.
Di daerah Pasundan paku ini dikenal dengan nama kadaka. Orang Jawa menyebutnya simbar merah, di Kalimantan disebut lokot dan di Maluku disebut tato hukung. Di ujung Pandang oleh orang Bugis menyebut bunga minta doa. Umumnya masyarakat menyebut paku sarang burung. Daun tunggal tersusun pada batang sangat pendek melingkar membentuk keranjang. Daun yang kecil berukuran panjang 7 - 150 cm, lebar 3 - 30 cm. Ujung meruncing atau membulat, tepi rata dengan permukaan yang berombak dan mengkilat. Daun bagian bawah warnanya lebih pucat dengan garis-garis coklat sepanjang anak tulang daun. Pakis Sarang burung berasal dari Malaya, kini tersebar luas di seluruh daerah tropika. Dapat tumbuh dari dataran rendah sampai ketinggian 2.500 m dpl. Orang bugis mempercayai bila tanaman ini tumbuh subur bertanda kehidupan dalam keluarga rukun dan makmur begitu pula sebaliknya bila merana mendapat kesulitan (Sastrapraja, dkk. 1979). Asplenium nidus L. di Bali sering digunakan sebagai tanaman hias untuk menata taman, merangkai bunga dan akarnya dicincang alus dapatdigunakan untuk media mencangkok tanaman (Darma, 2006).








V.                KESIMPULAN

5.1              Kesimpulan
Dari hasil Inventarisasi di Taman Wisata Alam Wira Garden di perkirakan ada 30 jenis tumbuhan paku namun yang berhasil ditemukan ada  5 kelas, 7 bangsa, 18 marga, 20 jenis tumbuhan paku. 20 jenis yang teridentifikasi tersebut  yaitu : Adiantum Latifolium , Asplenium nidus.L., Selaginella ciliaris , Pteris vittata, Pyrosia sp., Trichomanes sp., Hypolepis sp., Lycopodium japonicum, Selaginella umbrosa, Nephrolepis biserrata, Athyrium puncticaule, Blechnum articulatum, Lygodium flexuosum, Tectaria sp., Doodia caudata, Lastreopsis acuminata, Lastreopsis microsora, Oxalis corniculata Linn, Christella sp. dan  Amphineuron sp.
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011a.Pariwisata indonesia.http//id.wikipedia.org/wiki/pariwisata.diakses tanggal 10 september,13.00
Anonim.2011b.Tanaman Paku.http//id.wikipedia.org/wiki/siklus hidup tanaman paku.diakses tanggal 10 september,13.00
Anonim.2011c.Klasifikasi Tanaman Paku.http://www-tanaman.com/tanaman-paku-pakuan. diakses tanggal 10 september,13.23
Anonim.2011d.sejarah tanaman paku.http://dolite.blogspot.com/2009/07/tumbuhan-paku.html. Diakses tanggal 30 september,10.00
Anonim.2011e.Daur Hidup Tumbuhan Paku. http://sujadanil2.blogspot.com/2009/05/tumbuhan-paku.html. Diakses tanggal 1 oktober,09.00
Hartutiningsih-M.S., D. P. Darma dan W. S. Lestari, 2004, Paku Ata,Budidaya dan Prospeknya,UPT Balai Konservasi Kebun Raya “ Eka Karya” Bali-LIPI.

Sastrapraja, S. dan Afriastini J.J., 1985. Kerabat Paku, Lembaga Biologi Nasioanal- LIPI.

Sastrapraja, S., Afriastin, J.J., Darnaedi D. dan Wijaya E.A, 1979. Jenis Paku Indonesia,Lembaga Biologi Nasioanal,- LIPI

Darma, D. P., 2006. Jepun (Plumeria) Sebagai Pohon Inang Tumbuhan Epifit dan Elemen Lunak Taman di Bali. Prosiding Seminar Sehari Konservasi dan Pendayagunaan Keanekaragaman Tumbuhan Daerah Kering II UPT. Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi-LIPI.

Heyne, K.,1987. Tumbuhan Berguna Indonesia I, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan

Hartini, S. 2004. Manfaat Paku Tanduk rusa (Platycerium coronarium).Warta Kebun Raya Pol.4 no.1 Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor-LIPI







Judul: inventarisasi tumbuhan paku
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown

Terimakasih atas kunjungan Sobat beserta kesediaan Anda membaca artikel ini. Kritik dan Saran sobat dapat sampaikan melalui Kotak komentar dibawah ini.
 

0 komentar: